15 Februari, 2009

RESUME PARADIGMA (KERANGKA TEORI)

  • MATA PELAJARAN : PARADIGMA (KERANGKA TEORI) I. Intisari Resume. A. Teori sebagai Landasan Hipotesis

Teori adalah seperangkat construct (konsep terbuat), batasan, dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci hubungan-hubungan antar variabel, dengan tujuan untuk menjelaskan dan memprediksikan gejala itu. Dari definisi ini diketahui bahwa teori mengandung tiga hal; Pertama, teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling berhubungan; kedua, teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan-hubungan antar konsep; dan ketiga, teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya.

Ada satu hal yang perlu dicatat dari pengertian di atas, yaitu bahwa ternyata teori dirumuskan dalam bentuk kalimat proposisi. Proposisi, statement, atau qadhiyyah, adalah kalimat yang diformulasikan dalam bentuk pernyataan logis yang menjelaskan hubungan antara konsep-konsep. Namun tentu saja tidak semua pernyataan logis dan menjelaskan hubungan antar konsep disebut teori, sebab masih ada jenis pernyataan yang memiliki formulasi dan substansi yang sama yang bukan teori. Penentuan suatu proposisi termasuk teori atau bukan terkait erat dengan dasar teoritis dan dukungan empiris.

Kedudukan teori dalam penelitian kuantitatif dapat dilihat dari dua sisi; (1) teori sebagai landasan untuk merumuskan hipotesis; dan (2) teori yang ditemukan oleh peneliti sendiri setelah melakukan verifikasi (pengujian hipotesis). Teori jenis pertama merupakan hasil kerja orang (ahli) lain, sedangkan teori jenis kedua merupakan hasil kerja peneliti sendiri. Teori jenis pertama dipilih sendiri oleh peneliti dari sejumlah teori yang ada atas dasar kesesuaiannya dengan masalah penelitian yang sedang dikerjakannya, kemudian dari teori itu dirumuskan hipotesis. Setelah hipotesis diuji atau diverikasi, peneliti kemudian menghasilkan teori jenis kedua, yaitu teori yang ditemukan oleh peneliti sendiri.

Berdasarkan penegasan ini terdapat jalinan yang erat antara penjelasan teoritis dengan hal-hal empiris. Jalinan antara yang teoritis dan empiris muncul dalam pelbagai macam penjelasan, antara lain dalam bentuk: 1. Penjelasan logis; sebetulnya hanya rengrengan formal, suatu kalkulus; 2. Penjelasan sebab akibat (kausal); sudah merupakan tafsiran mengenai sebuah proses alamiah; timbul pertanyaan mengenai di-determinasi tidaknya segala gejala; ada yang menganggap keterangan ini sebagai kategori mengerti yang mendasar dan berlaku umum; 3. Penjelasan final; menerangkan sebuah proses berdasarkan tujuan yang ingin diraih. Dipergunakan terutama pada ilmu-ilmu kehidupan. Contoh; ‘Mata adalah anggota badan untuk melihat’. 4. Penjelasan fungsional; mencari jawaban lewat pertanyaan mengenai cara kerja. Keterangan fungsional sering menggantikan keterangan final. Misalnya, susunan mata dijabarkan dari fungsinya; 5. Penjelasan historis atau genetis; mengemukakan riwayat terjadinya keterangan. Misalnya, kaki kuda berasal dari jari-jari kaki kuda purba; atau geologi menjelaskan lapisan kerak bumi memakai konstelasi-konstelasi lebih tua. Biasanya dilengkapi dengan keterangan kausal; 6. Penjelasan analog; memakai perbandingan dengan struktur-struktur yang lebih dikenal. Misalnya, mata memakai kamera, proses-proses informasi pada perusahaan memakai sistem syaraf manusia. B. Perumusan Kerangka Teoritis dan Hipotesis

Suatu hipotesis tidak begitu saja dapat dirumuskan, kalaupun sudah ditemukan teori yang menjadi landasan perumusannya. Sebelum suatu hipotesis dirumuskan, perlu dilakukan deduksi logis, yaitu suatu aturan berpikir yang mengikuti kaidah-kaidah Logika (Mantiq). Proses dan kegiatan berpikir tersebut akan menghasilkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi baru, yang disusun menjadi kerangka teoritis penelitian. Jadi, rumusan-rumusan yang dibuat berdasarkan proses berpikir deduktif inilah yang disebut dengan kerangka teoritis. Kemudian dari konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang disusun dalam kerangka teoritis itulah dirumuskan hipotesis penelitian.

Kerangka teoritis sangat diperlukan dalam penelitian kuantitatif. Urgensi kerangka teoritis yang paling utama adalah untuk mempermudah perumusan hipotesis. Selain itu, kerangka teoritis juga berguna untuk mempertegas bagaimana jenis hubungan yang terjadi antarvariabel serta berguna pula untuk menggambarkan bagaimana proses pengorganisasian dan analisis data dilakukan. Dengan adanya kerangka teoritis, semakin jelas bagi peneliti tahap-tahap pengolahan dan penganalisisan data, serta semakin jelas penentuan variabel-variabel bebas dan terikat, serta variabel mana dengan variabel mana yang harus dicari hubungannya.

II. Refrensi Tambahan Thomas Khun, dalam bukunya yang berjudul The struktur Of soientific Revolusio mengatakan bahwa dunia mengalami pergeseran paradigma yang akan melahirkan trobosan-terobosan baru diberbagi bidang kehidupan (ekonomi-politik). Pergeseran paradigma akan terjadi juka timbul satu krisis (deadlock) maka akan melahirkan peran baru, globalisasi interdependensi yang terasa sangat kental diantara masyarakat internasional.

Zetterberg (1963), sebagaimana dikutip oleh Wallace, mengemukakan empat kemungkinan suatu proposisi ketika dihubungkan dengan dasar teoritis dan dukungan empiris; 1) invarian teoritis atau hukum; yaitu pernyataan yang memiliki dasar teoritis dan dukungan empiris; 2) hipotesa teoritis; yaitu pernyataan yang memiliki dasar teoritis, tetapi tidak/ belum ada dukungan empiris; 3) generalisasi empiris, yaitu pernyataan yang memiliki dukungan empiris, tetapi tidak memiliki dasar teoritis; dan 4) fantasi atau imaginasi; yaitu pernyataan yang tidak memiliki dasar teoritis dan tidak didukung kenyataan empiris.

III. Tanggapan

Untuk membuktikan atau menemukan sebuah kebenaran dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu kantitatif maupun kualitatif. Kebenaran yang di peroleh dari dua pendekatan tersebut memiliki ukuran dan sifat yang berbeda. Pendekatan kuantitatif lebih menitikberatkan pada frekwensi tinggi sedangkan pada pendekatan kualitatif lebih menekankan pada esensi dari fenomena yang diteliti. Kebenaran dari hasil analisis penelitian kuantitatif bersifat nomothetik dan dapat digeneralisasi sedangkan hasil analisis penelitian kualitatif lebih bersifat ideographik, tidak dapat digeneralisasi. Hasil analisis penelitian kualitatif naturalistik lebih bersifat membangun, mengembangkan maupun menemukan terori-teori sosial sedangkan hasil analisis kuantitatif cenderung membuktikan maupun memperkuat teori-teori yang sudah ada.

JUWENI

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar: